Inilah bangunan utama tempat pemotongan hewan di RPH Waylaga yang terlihat sepi, Jumat (28/11/2014) Foto: Ferry Arsyad |
BANDARLAMPUNG – Kepala Dinas
Pertanian, Peternakan Perkebunan dan
Kehutanan Kota Bandarlampung Agustini membantah jika di Rumah Potong Hewan
(RPH) Waylaga saat ini tidak ada aktivitas pemotongan hewan. Menurutnya, setiap
hari rata-rata 17 ekor hewan di potong di sana.
“Aktivitas pemotongan berjalan kok
semenjak RPH dibuka kembali. Setiap hari rata-rata 17 ekor sapi dipotong di
sana dengan tarif Rp 150 ribu per ekor, dan restribusi Rp 35 ribu per ekor,”
kata Agustini saat ditemui di kantornya, Jumat (28/11).
Dijelaskan istri Kepala Dinas
Perhubungan Bandarlampung Rifai ini, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
restribusi potong hewan ini sebesar Rp270 juta. “Hingga November ini capaiannya
sudah 90 persen,” ujarnya. Dirinya optimis, hingga akhir Desember target
tersebut bisa tercapai.
Diakui perempuan asli Komering ini,
bila dilihat sepintas di siang hari RPH Waylaga seperti tak ada aktivitas.
Karena aktivitasnya memang paling banyak dilakukan saat tengah malam atau
menjelang pagi hari.
“Hewan yang dipotong di sana bukan
hanya sapi, tapi juga bisa juga ayam, babi, kerbau atau kambing, dan ada
tempatnya masing-masing,” terangnya.
Pengelolaan RPH lanjut dia, langsung
dibawah pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi otomatis kebocoran
sangat kecil terjadi, karena pembukuannya jelas. “Dengan dipantau KPK seperti
ini kami justru senang, karena semuanya menjadi transparan dan jelas,”
tegasnya.
Ditambahkan Agustini, semenjak
Pemerintah Provinsi memiliki terminal agribisnis di Lampung Selatan yang
rencananya akan ada kerjasama antara pihak swasta dalam penyediaan pasokan
daging ke DKI Jakarta, maka dalam upaya mendongkrak PAD Pemkot harus ikut
berperan dalam kerjasama tersebut.
“Rencananya tahun depan kita juga
akan melakukan kerjasama tersebut dengan pihak swasta yang ada, agar hewan yang
dipotong di RPH Waylaga semakin banyak untuk dikirim ke Jakarta,” tuturnya.
Masih kata perempuan berjilbab ini,
meski RPH Waylaga sudah dioperasikan kembali, namun pemkot Bandarlampung belum
memasukkan anggaran pemeliharaan di APBD 2015. Untuk itu, saat ini pihaknya
bahu membahu dengan pihak pengelola dalam memelihara RPH.
“Sempat mau dianggarkan dana pemeliharaannya tapi dibatalkan, karena
dinilai jika ada dana pemeliharaannya namun tidak menghasilkan PAD secara
maksimal dikhawatirkan sia-sia anggarannya. Kan sayang karena itu uang negara,”
kilahnya.
Menanggapi masih enggannya para
pemilik ternak memotong di RPH Waylaga dengan alasan lokasi yang terlalu jauh
dan infrastruktur jalan rusak yang dapat menyebabkan bertambahnya biaya
operasional pemotong, dinilai Agustini terlalu berlebihan. Menurutnya, tidak
lama lagi hal itu akan segera teratasi, karena Jl. Ir Sutami-Sribawono yang
merupakan jalan negara saat ini sedang dalam perbaikan dari pemerintah Pusat.
“Sementara kalau jalan masuk ke RPH sendiri
dari Ir. Sutami menuju lokasi sepanjang kurang lebih 800 meter sudah diaspal
yang didanai pemkot Bandarlampung,” ungkapnya.
Meski sebagian pemotong masih enggan
memotong di RPH Waylaga, pihaknya tidak pernah kendur untuk mensosialiasikan
dan mendorong agar para pemilik ternak
memotong hewannya di sana. Dengan
memotong di RPH, sambung dia, daging ternak dijamin kesehatan dan kehalalannya.
Sebab selain sudah diperiksa oleh dokter hewan yang disediakan, juga sudah
memiliki legalitas surat menyurat yang jelas, sehingga asal usul ternak bisa
diketahui.
Salah satu upaya pihaknya mensosialisasikan
pentingnya memotong hewan ternak di RPH yakni dengan membina organisasi Persatuan
Pedagang Daging (PPD) Bandarlampung. “RPH Waylaga yang dimiliki Pemkot
Bandarlampung ini sudah layak hampir sama dengan Tempat Potong Hewan (TPH)
milik masyarakat yang ada di Susunan Baru Tanjungkarang Barat. Mereka juga
masih binaan kita,” tandasnya. (Andi Priyadi)
0 komentar:
Posting Komentar