Minggu, 30 November 2014

Klaim Perhari Potong 17 Ekor Ternak


Inilah bangunan utama tempat pemotongan hewan di RPH Waylaga yang terlihat sepi, Jumat (28/11/2014) Foto: Ferry Arsyad

BANDARLAMPUNG – Kepala Dinas Pertanian, Peternakan  Perkebunan dan Kehutanan Kota Bandarlampung Agustini membantah jika di Rumah Potong Hewan (RPH) Waylaga saat ini tidak ada aktivitas pemotongan hewan. Menurutnya, setiap hari rata-rata 17 ekor hewan di potong di sana.

“Aktivitas pemotongan berjalan kok semenjak RPH dibuka kembali. Setiap hari rata-rata 17 ekor sapi dipotong di sana dengan tarif Rp 150 ribu per ekor, dan restribusi Rp 35 ribu per ekor,” kata Agustini saat ditemui di kantornya, Jumat (28/11).

Dijelaskan istri Kepala Dinas Perhubungan Bandarlampung Rifai ini, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari restribusi potong hewan ini sebesar Rp270 juta. “Hingga November ini capaiannya sudah 90 persen,” ujarnya. Dirinya optimis, hingga akhir Desember target tersebut bisa tercapai.

Diakui perempuan asli Komering ini, bila dilihat sepintas di siang hari RPH Waylaga seperti tak ada aktivitas. Karena aktivitasnya memang paling banyak dilakukan saat tengah malam atau menjelang pagi hari.

“Hewan yang dipotong di sana bukan hanya sapi, tapi juga bisa juga ayam, babi, kerbau atau kambing, dan ada tempatnya masing-masing,” terangnya.

Pengelolaan RPH lanjut dia, langsung dibawah pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi otomatis kebocoran sangat kecil terjadi, karena pembukuannya jelas. “Dengan dipantau KPK seperti ini kami justru senang, karena semuanya menjadi transparan dan jelas,” tegasnya.

Ditambahkan Agustini, semenjak Pemerintah Provinsi memiliki terminal agribisnis di Lampung Selatan yang rencananya akan ada kerjasama antara pihak swasta dalam penyediaan pasokan daging ke DKI Jakarta, maka dalam upaya mendongkrak PAD Pemkot harus ikut berperan dalam kerjasama tersebut.

“Rencananya tahun depan kita juga akan melakukan kerjasama tersebut dengan pihak swasta yang ada, agar hewan yang dipotong di RPH Waylaga semakin banyak untuk dikirim ke Jakarta,” tuturnya.

Masih kata perempuan berjilbab ini, meski RPH Waylaga sudah dioperasikan kembali, namun pemkot Bandarlampung belum memasukkan anggaran pemeliharaan di APBD 2015. Untuk itu, saat ini pihaknya bahu membahu dengan pihak pengelola dalam memelihara RPH.

“Sempat mau dianggarkan  dana pemeliharaannya tapi dibatalkan, karena dinilai jika ada dana pemeliharaannya namun tidak menghasilkan PAD secara maksimal dikhawatirkan sia-sia anggarannya. Kan sayang karena itu uang negara,” kilahnya.

Menanggapi masih enggannya para pemilik ternak memotong di RPH Waylaga dengan alasan lokasi yang terlalu jauh dan infrastruktur jalan rusak yang dapat menyebabkan bertambahnya biaya operasional pemotong, dinilai Agustini terlalu berlebihan. Menurutnya, tidak lama lagi hal itu akan segera teratasi, karena Jl. Ir Sutami-Sribawono yang merupakan jalan negara saat ini sedang dalam perbaikan dari pemerintah Pusat.

“Sementara kalau jalan masuk ke RPH sendiri dari Ir. Sutami menuju lokasi sepanjang kurang lebih 800 meter sudah diaspal yang didanai pemkot Bandarlampung,” ungkapnya.

Meski sebagian pemotong masih enggan memotong di RPH Waylaga, pihaknya tidak pernah kendur untuk mensosialiasikan dan mendorong  agar para pemilik ternak memotong hewannya di sana.  Dengan memotong di RPH, sambung dia, daging ternak dijamin kesehatan dan kehalalannya. Sebab selain sudah diperiksa oleh dokter hewan yang disediakan, juga sudah memiliki legalitas surat menyurat yang jelas, sehingga asal usul ternak bisa diketahui.

Salah satu upaya pihaknya mensosialisasikan pentingnya memotong hewan ternak di RPH yakni dengan membina organisasi Persatuan Pedagang Daging (PPD) Bandarlampung. “RPH Waylaga yang dimiliki Pemkot Bandarlampung ini sudah layak hampir sama dengan Tempat Potong Hewan (TPH) milik masyarakat yang ada di Susunan Baru Tanjungkarang Barat. Mereka juga masih binaan kita,” tandasnya. (Andi Priyadi)




0 komentar: