Minggu, 30 November 2014

Warga Disarankan Tidak Mandi Di Kali Akar


Sungai Sumur Putri atau dikenal dengan Kali Akar tempat masyarakat melakukan aktivitas mandi dan bermain, saat ini terancam pencemaran limbah.

BANDARLAMPUNG – Menanggapi pengaduan warga Negeri Olok Gading RT 5 Sumur Putri yang mengaku warga mengalami gatal-gatal akibat mandi di sungai Sumur Putri atau lebih dikenal Kali Akar yang diduga tercemar limbah PDAM, Kepala Bagian Humas dan Hukum Perusahaan Daerah Air Minum Way Rilau Rozi Amri menyarankan warga agar tidak mandi di aliran sungai tersebut. Menurutnya, Kali Akar memang sudah kotor akibat pencemaran dari limbah rumah tangga maupun aktivitas beberapa perusahaan, tapi bukan hanya diakibatkan dari PDAM.

“Ya sungai itu kan memang sudah kotor, tetapi bukan hanya dari limbah PDAM, ada limbah dari masyarakat, home industri, dan perusahaan lain yang juga menyumbang limbah di sana. Agar tidak gatal jangan mandi di sana," kata Rozi,  Jumat (28/11).

Rozi menduga gatal-gatal yang dialami warga diakibatkan kuman atau gigitan serangga bukan akibat limbah PDAM. Pasalnya, ujar dia, pengolahan air di PDAM menggunakan desinfektan.  Gas clore yang digunakan dalam pengolahan air di PDAM berfungsi untuk membunuh bakteri.

"Desinfektan yang kami gunakan bukan kaporit atau kapur. Tetapi gas clore yang dapat berfungsi mematikan bakteri. Sehingga limbah kami tidak banyak kumannya yang dapat menyebabkan gatal," tuturnya.

Dia mengatakan pihak PDAM sudah menyiapkan keran umum untuk masyarakat. "Ada pada tiga titik keran umum yang disalurkan air bersih dari PDAM. Memang tidak gratis tetapi tarif rendah yang dibayar dari iuran warga. Letaknya didekat jembatan, di bawah dan di atas jembatan," ungkapnya.

Sementara itu, Munawir Kepala Sub Bagian Pengawasan Kualitas Air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau mengatakan, akibat pemberitaan di media masa yang menuding PDAM menjadi penyebab pencemaran Kali Akar mendapat respon negative dari PT Nestle yang merupakan konsumen PDAM.

Menurutnya, PT Nestle sempat khawatir terhadap kualitas air PDAM Way Rilau, sehingga beberapa saat lalu datang berkunjung ke kantor PDAM untuk mengetahui kualitas air yang dimiliki PDAM.

"Hari ini beberapa orang dari laboratorium PT Nestle Panjang Lampung mengunjungi PDAM Way Rilau. Karena khawatir dengan kualitas air PDAM Way Rilau. Akibat pemberitaan media yang mengatakan ada dugaan limbah PDAM menyebabkan warga gatal-gatal," ucapnya.

Dia mengatakan limbah dari PDAM tidak berpotensi menyebabkan gatal-gatal. "Limbah PDAM merupakan sisa pengolahan air. Pada proses pengolahan air di PDAM menggunakan desinfektan gas clore yang fungsinya membunuh bakteri. Memang ada zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan kulit sehingga menimbulkan gatal. Namun itu biasanya zat kimia yang cair. Berbeda dengan gas clore," terangnya.

Tahapan yang dilakukan untuk memproses air di PDAM diantaranya Flokuasi, Sedimentasi, dan Filtrasi. Air dari sungai Akar dipompa, lalu air diberi koagulan PaC yang funsinya sama dengan tawas, dan dialirkan desinfektan gas clore. Pembuangan limbah tidak sehari tiga kali tetapi sesuai limbah yang dihasilkan yaitu tiap 19 kubik.

Adapun pengujian laboratorium yang diperiksa diantaranya amoniak, sulfida, Biological Oxygen Demand, Cemichal Oxygen Demand, zat padat, dan pH (derajat keasaman). "Penggunaan gas clore pada bahan baku 1 kg perjam untuk 225 liter. Sementara untuk produk air mengandung gas clore dengan ambang batas 0,5 mg. Air bersih dikonsumsi setelah dimasak. Kalau melebihi ambang batas dapat menyebabkan karsinogen (pemicu kanker) dalam jangka panjang bukan gatal-gatal," ungkapnya. (*)

0 komentar: