Sungai Sumur Putri atau dikenal dengan Kali Akar tempat masyarakat melakukan aktivitas mandi dan bermain, saat ini terancam pencemaran limbah. |
BANDARLAMPUNG – Menanggapi pengaduan
warga Negeri Olok Gading RT 5 Sumur Putri yang mengaku warga mengalami
gatal-gatal akibat mandi di sungai Sumur Putri atau lebih dikenal Kali Akar yang
diduga tercemar limbah PDAM, Kepala Bagian Humas dan Hukum Perusahaan Daerah
Air Minum Way Rilau Rozi Amri menyarankan warga agar tidak mandi di aliran
sungai tersebut. Menurutnya, Kali Akar memang sudah kotor akibat pencemaran
dari limbah rumah tangga maupun aktivitas beberapa perusahaan, tapi bukan hanya
diakibatkan dari PDAM.
“Ya sungai itu kan memang sudah
kotor, tetapi bukan hanya dari limbah PDAM, ada limbah dari masyarakat, home
industri, dan perusahaan lain yang juga menyumbang limbah di sana. Agar tidak
gatal jangan mandi di sana," kata Rozi,
Jumat (28/11).
Rozi menduga gatal-gatal yang
dialami warga diakibatkan kuman atau gigitan serangga bukan akibat limbah PDAM.
Pasalnya, ujar dia, pengolahan air di PDAM menggunakan desinfektan. Gas
clore yang digunakan dalam pengolahan air di PDAM berfungsi untuk membunuh
bakteri.
"Desinfektan yang kami gunakan
bukan kaporit atau kapur. Tetapi gas clore yang dapat berfungsi mematikan
bakteri. Sehingga limbah kami tidak banyak kumannya yang dapat menyebabkan
gatal," tuturnya.
Dia mengatakan pihak PDAM sudah
menyiapkan keran umum untuk masyarakat. "Ada pada tiga titik keran umum
yang disalurkan air bersih dari PDAM. Memang tidak gratis tetapi tarif rendah
yang dibayar dari iuran warga. Letaknya didekat jembatan, di bawah dan di atas
jembatan," ungkapnya.
Sementara
itu, Munawir Kepala Sub Bagian Pengawasan
Kualitas Air di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau mengatakan, akibat
pemberitaan di media masa yang menuding PDAM menjadi penyebab pencemaran Kali
Akar mendapat respon negative dari PT Nestle yang merupakan konsumen PDAM.
Menurutnya, PT Nestle sempat
khawatir terhadap kualitas air PDAM Way Rilau, sehingga beberapa saat lalu
datang berkunjung ke kantor PDAM untuk mengetahui kualitas air yang dimiliki
PDAM.
"Hari ini beberapa orang dari
laboratorium PT Nestle Panjang Lampung mengunjungi PDAM Way Rilau. Karena
khawatir dengan kualitas air PDAM Way Rilau. Akibat pemberitaan media yang
mengatakan ada dugaan limbah PDAM menyebabkan warga gatal-gatal," ucapnya.
Dia mengatakan limbah dari PDAM
tidak berpotensi menyebabkan gatal-gatal. "Limbah PDAM merupakan sisa
pengolahan air. Pada proses pengolahan air di PDAM menggunakan desinfektan gas
clore yang fungsinya membunuh bakteri. Memang ada zat kimia tertentu yang dapat
bereaksi dengan kulit sehingga menimbulkan gatal. Namun itu biasanya zat kimia
yang cair. Berbeda dengan gas clore," terangnya.
Tahapan yang dilakukan untuk
memproses air di PDAM diantaranya Flokuasi, Sedimentasi, dan Filtrasi. Air dari
sungai Akar dipompa, lalu air diberi koagulan PaC yang funsinya sama dengan
tawas, dan dialirkan desinfektan gas clore. Pembuangan limbah tidak sehari tiga
kali tetapi sesuai limbah yang dihasilkan yaitu tiap 19 kubik.
Adapun pengujian laboratorium yang
diperiksa diantaranya amoniak, sulfida, Biological Oxygen Demand, Cemichal
Oxygen Demand, zat padat, dan pH (derajat keasaman). "Penggunaan gas clore
pada bahan baku 1 kg perjam untuk 225 liter. Sementara untuk produk air
mengandung gas clore dengan ambang batas 0,5 mg. Air bersih dikonsumsi setelah
dimasak. Kalau melebihi ambang batas dapat menyebabkan karsinogen (pemicu
kanker) dalam jangka panjang bukan gatal-gatal," ungkapnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar